Kabarfresh.com – Jakarta – Gagasan cemerlang dari calon wakil presiden nomor urut dua, Gibran Rakabuming Raka, memperoleh sorotan tajam dari Alfons Tanujaya, pengamat keamanan siber terkemuka dari Vaksincom. Mengulas ide hilirisasi digital yang diusung Gibran, Alfons menyatakan bahwa pertanyaan sebenarnya bukan tentang kebenaran istilah, melainkan perspektif pandang.
Dalam wawancara eksklusif dengan Tempo pada Senin, 25 Desember 2023, Alfons dengan bijak menyiratkan bahwa Gibran mungkin ingin Indonesia mengambil kendali penuh atas proses digitalisasi, mirip dengan bagaimana hilirisasi dilakukan dalam sektor tambang.
Baca juga: Tol Cipali Berlakukan One Way Saat Arus Balik Libur Natal
Menurut Alfons, data telah menjadi komoditas berharga, setara dengan tambang batu bara, nikel, dan sejenisnya. Yang menjadi permasalahan krusial adalah bagaimana data “tambang” digital milik orang Indonesia diolah oleh perusahaan-perusahaan asing.
“Saat ini, kita bisa melihat Google Maps yang menguasai data pergerakan pengguna di Indonesia, atau platform-media-sosial raksasa seperti Facebook dan TikTok yang mengontrol data aktivitas kita,” jelas Alfons, memberikan contoh nyata pengaruh asing dalam mengelola informasi vital.
Dalam konteks ini, pembelian mayoritas saham Tokopedia oleh TikTok sebesar US$ 840 juta menjadi sorotan. Alfons menyoroti risiko bahwa jika big data ini dimanfaatkan untuk kepentingan asing, dapat dianggap sebagai hilirisasi data orang Indonesia yang akhirnya dikuasai oleh pihak luar, merampas kedaulatan bangsa.
Baca juga: Prabowo Subianto Memuji Kepemimpinan SBY di Peringatan 19 Tahun Tsunami Aceh
Mengakhiri wawancaranya, Alfons menegaskan bahwa daripada terjebak pada perdebatan istilah, lebih baik fokus pada isu pokok, seperti perlindungan kedaulatan data Indonesia. Sebagai tambahan, Gibran telah menjanjikan upaya serius untuk menjadikan generasi muda Indonesia sebagai pakar kecerdasan buatan, blockchain, robotik, perbankan syariah, dan kripto, sebagai langkah konkret menuju hilirisasi digital yang diusungnya.